"Kau yakin akan menginap
digedung ini sampai besok
pagi, Bayu ?" tanya Rani sambil
mengibasngibaskan baju, pita merah yangg sedari tadi menalikan
legam rambutnya pun dilepas
karena basah. Bayu, berdiri
disamping gadis belasan tahun
itu, terlihat tengah mengamati
seluruh isi rumah tua yang kini
meneduhi mereka. Dinding
tanpa warna, loronglorong gelap dan
menyeramkan. Tapi tak ada
gedung lain disekitar ini, hanya
ada gardu pos kecil, pun di
perbatasan kampung
sebelah, terlalu jauh andai harus
kesana lagi, sedangkan hujan kian
deras diluar. Halilintar
bersahutan, nyaris tanpa jeda.
"Iya, Ran. Tak ada pilihan
lain. Gandeng tanganku !" jawab
Bayu lantas menarik tangan
mungil Rani, digenggamnya
erat. Keduanya adalah sahabat
karib, sama2 seneng
nglayap. Kali ini, liburan 3hari
sedianya akan mereka
manfaatkan untuk berpetualang
ke Bukit yang menjadi batas
kota dengan kampung mereka.
"Tapi...." mata Rani tertuju pada
sebuah ruang tanpa
lampu, dimana sekatsekatnya
hanyalah kaca bening
tinggi, meski tak menyentuh
langitlangitnya. Katakatanya
menggantung, Rani ragu
meneruskan.
"hahaha, kau takut ya Ran? kan
ada aku bersamamu." jawab
Bayu dengan tawa lantang, hingga
gaungnya memantul
ulang. Ah, Bayu ! tawamu kali ini
seperti sengaja hendak menguji
nyaliku. Walau jemariku erat
Kau pegang, tapi hatimu tibatiba aku
merasa tak mengenalimu
lagi, gumam Rani dalam gelisahnya.
"ya udah, kalau kamu semantap
itu. aku nurut" sahut Rani
kemudian. Suasana
hening, sesekali terdengar suara
daun pintu terbuka paksa oleh
terpaan angin, menghentak
ditiap ujung gerak. Semakin
mencekamkan malam. Tibatiba Bayu melepas
genggaman Rani, dan berjalan
menuju ke sebuah
kamar. Tangannya menyentuh
gagang pintu, diputarnya
berulangkali, tak berhasil
terbuka. Ia mundur beberapa
langkah, lantas... 'gubraakkk' daun pintu ambruk, ditendang
kaki kokoh Bayu.
"Ran, sini.. cepet. Kita duduk
dibagian ini. Lihat, ada bangkubangku
kecil dan meja kayu." Bayu
berteriak gembira, lalu berlari
kearah Rani. menuntun gadis itu
menuju ruang yang dia tunjukan
tadi. Rani masih tetap menahan
gusarnya, menyembunyikan
kedalam senyum, agar tak
terbaca oleh Bayu. Keduanya kemudian duduk
bersebelahan...
22/10/10
JEJAK BAYU DAN RANI #1
Oleh Ayunda Layla Prihapsari
Label:
ayunda layla prihapsari
JEJAK BAYU DAN RANI #2
Oleh Ayunda Layla Prihapsari
"Nyalain lilin donk,Ran.. korek
apinya disaku ransel sebelah
kiri." kata Bayu membuka
sunyi. Ia lalu berbaring disebelah
Rani yang masih duduk dengan bibir
gemetar. Tangan kanannya untuk
mengganjal kepala, sementara
jemari tangan kiri masih
digenggam Rani. Gadis itu
mengikut perintah Bayu. Ia
mulai mengeluarkan isi tas satu
persatu. Dua buah buku, alat
tulis dalam tepak kecil, alat
ibadah, senter, dll. Lilin
dinyalakan dan ditaruh diatas
meja segi empat usang itu. Rani
menghela nafas, sedikit lega
karena ada pijar
lentera. Ah, setidaknya ia bisa
menatap wajah sahabatnya yang
kadang menyebalkan itu.
"dasar gelo. tau begini, mending kamu ajak aku hujanhujanan saja diluar." gerutu Rani. Bayu yang lamatlamat mendengarnya, tersenyum geli.Tibatiba ada suara mengagetkan mereka, seperti panci jatuh. Rani ketakutan. ia menggeser posisinya lebih merapat ke Bayu. Dasar Bayu nakal, melihat karibnya panik, ia malah memasukkan sebuah benda kecil ke punggung Rani. kontan saja bocah itu menjerit ! tangan Rani meraih sebuah buku, dilemparkan didada Bayu, hampir saja mengenai wajahnya jika tangan Bayu tak segera menangkis.
"Bayuuuu...!!!" kali ini Rani teriak lebih kencang.
"Puas kamu ? awwas, besuk pagi. aku balas !" ancam Rani, dengan memanyunkan bibir dan mata agak melotot. Bayu terpingkalpingkal mendapati reaksi Rani begitu. Perlahan, Bayu membuka buku yang ditimpukkan padanya tadi. sementara Rani sudah sedikit tenang, membereskan ranselnya kembali.
"hahaha.. darimana kamu dapatkan gambargambarku ini Ran? wah diamdiam kamu pengagum lukisanku juga ya. tuch buktiya kamu kliping." ledeknya pada Rani sambil menunjukkan salahhsatu gambr yang ia buat setahun yang lalu. muka Rani memerah, untung Bayu tak melihatnya.
"jangan GR ya. aku kan cuman ngumpulin aja, buat temen aku kalo duduk diatas punggung kerbau. wkwkwk.." Rani menyangkal lembut.
"halaaah. mana ada maling ngaku !" balas Bayu sengit.
"pokoknya, tidak !! lagian, kalo udah tau aku maling, kenapa ditanya?. lain kali atiati nyimpennya ya." goda Rani menutupi kekalahannya. Mereka tertawa kemudian. Dua jam mereka habiskan waktu diruang itu. Hujan tak mau berhenti. Rani membangunkan Bayu yang baru saja memejamkan mata...
"dasar gelo. tau begini, mending kamu ajak aku hujanhujanan saja diluar." gerutu Rani. Bayu yang lamatlamat mendengarnya, tersenyum geli.Tibatiba ada suara mengagetkan mereka, seperti panci jatuh. Rani ketakutan. ia menggeser posisinya lebih merapat ke Bayu. Dasar Bayu nakal, melihat karibnya panik, ia malah memasukkan sebuah benda kecil ke punggung Rani. kontan saja bocah itu menjerit ! tangan Rani meraih sebuah buku, dilemparkan didada Bayu, hampir saja mengenai wajahnya jika tangan Bayu tak segera menangkis.
"Bayuuuu...!!!" kali ini Rani teriak lebih kencang.
"Puas kamu ? awwas, besuk pagi. aku balas !" ancam Rani, dengan memanyunkan bibir dan mata agak melotot. Bayu terpingkalpingkal mendapati reaksi Rani begitu. Perlahan, Bayu membuka buku yang ditimpukkan padanya tadi. sementara Rani sudah sedikit tenang, membereskan ranselnya kembali.
"hahaha.. darimana kamu dapatkan gambargambarku ini Ran? wah diamdiam kamu pengagum lukisanku juga ya. tuch buktiya kamu kliping." ledeknya pada Rani sambil menunjukkan salahhsatu gambr yang ia buat setahun yang lalu. muka Rani memerah, untung Bayu tak melihatnya.
"jangan GR ya. aku kan cuman ngumpulin aja, buat temen aku kalo duduk diatas punggung kerbau. wkwkwk.." Rani menyangkal lembut.
"halaaah. mana ada maling ngaku !" balas Bayu sengit.
"pokoknya, tidak !! lagian, kalo udah tau aku maling, kenapa ditanya?. lain kali atiati nyimpennya ya." goda Rani menutupi kekalahannya. Mereka tertawa kemudian. Dua jam mereka habiskan waktu diruang itu. Hujan tak mau berhenti. Rani membangunkan Bayu yang baru saja memejamkan mata...
Label:
ayunda layla prihapsari