Suatu malam,anakku meminta
untk bermain petak umpet
dihalaman rumah.Jujur
saja,karena waktu itu bulan
hanya membentuk lengkung
sabit maka ku tawarkan
padanya bentuk permainan lain
yang tidak terlalu mengundang
resiko,demi mengatasi
kekhawatiranku.Namun
rupanya,keinginan dia tak
mungkin lg kucegah.Akhirnya
kuturuti juga.
Malam itu,kami berteman
kerlip kunangkunang,dan pijar
gemintang.Angin berhembus
lembut,seperti hendak memberi
ruang terluasnya untk kami
berdua.
"Buk,tutuplah mata sampai
pada hitunganku ke
10,setelahnya br boleh dibuka
dan temukanlah aku
dipersembunyianku.Ibu
menghadap ke pohon mangga
itu ya.mulai satu,dua..."begitu
bebernya pnjglebar,pelan suara
anakku menghilang,sebelum
sempat kukatakan padanya
untk tidak sembunyi diantara
semak belukar.
Hampir setengah jam aku
mencari,tak menemu walau
sekedar bayang.Tapi seperti
apapun,seorg Ibu tetaplah
memiliki naluri.Tak kupungkiri
aku sangat ketakutan.Kucoba
tenangkan diri dan mengatur
nafas.Aku diam untk beberapa
menit.Berusaha untk
mendengar sekedar jejak
langkah ataupun irama
nafasnya.Benar,ku tangkap
sekelebat bayangan bocah
kecilku.
Merasa telah aman,terpikir
olehku untk balik
sembunyi.Dengan maksud agar
dia mengerti,apa yg ibunya rasa
ktka anaknya tak didapati di
tmpt biasanya.Gerakku
mengendapendap,lantas diam
dibelakangnya dgn jarak
beberapa meter saja berbatas
ilalang yg meninggi.
Rupanya dia mulai kebingungan
mencariku.Kubiarkan sejenak !
akhirnya dia benarbenar
menangis.
Adakah ibu yg tega melihat
anaknya menangis ? kupeluk
tubuh mungilnya dari
belakang,kucium keningnya lalu
kubiarkan dia mendekapku erat
dgn sisa isaknya yang tertahan.
"besok malam mau main bgni
lg,Nak ?" tanyaku sembari
mengusap rambutnya.
Ia menggelengkan kepala dgn
cepat dan memelukku erat.
"Baiklah,kita pulang ya.sudah
larut,waktunya Kau untk
melelap."dia mengangguk dan
tersenyum lantas memintaku
untk menggendongnya.
[ Ketika aku selalu diam dan
menuruti segala
permainanmu,BUKAN berarti
aku mempermainkanmu ]
potret malam, Hkg 11 oktbr
2010.