03/09/10

LEZATNYA SEBUAH JANJI
Oleh : Perempuan Di Keheningan

Intan masih saja sibuk menata
kamar dan ruang tamu,padahal
jam telah menunjukkan pukul 9
pagi.Waktu dimana Ia harus
segera berangkat menjemput
kepulangan Iqbal,suaminya dari
rantau. Belum selesai
memasang taplak meja,tibatiba
Ia dikejutkan oleh bunyi klakson
mobil milik Anton,sang kakak
yang diminta untk
mendampinginya ke Bandara.
"Ntan...cepet,udah siang.Ntar
terlambat lho"begitu teriak
Anton memanggil Intan,adik
semata
wayangnya.Keduanya,meskipun
telah samasama menikah dan
berlatar belakang ekonomi yg
jauh berbeda,tetaplah menjadi
sepasang adikkakak yang saling
mengasihi seperti ketika masih
kanakkanak dulu.
"Iya Mas.Bentar ah,ngambilin
jaket buat Rayhan dulu."jawab
Intan dari dalam
rumah.Rayhan,malaikat kecil
buah perkawinan Intan dgn
Iqbal 6thn yg lalu,kini telah
berusia 4thn.Bocah kecil itu
hampir tak pernah
bertatapmuka dgn sang
ayah,lantaran nasib
membawanya jauh
terpisah,demi masa
depan.ya,lagilagi sbuah alasan
yg kadang membuat kt menelan
ludah ktka
membicarakannya.Ironis,di
kampung yg terkenal gemah
ripah loh jinawi,kaum lelaki
justru kesulitan mencari
nafkah.Lapangan pekerjaan
susah didapat,kecuali bagi
mereka yang memiliki sawah
atau kebun.Itupun,kini ratarata
telah dikuasai sebagian
pendatang baru yang punya
modal cukup
gede,menggandeng para
tengkulak dan beberapa gelintir
pengayom rakyat yg masih bisa
di cokol dgn berlembarlembar
rupiah demi untk mendapat
persetujuan warga agar
bersedia menjual lahan mereka
pd para tuantuan
itu.Alhasil..negara tetangga lah
tujuan satusatunya untk dpt
mengadu nasib menyambung
hidup keluarga.
Dan,Iqbal adalah salahsatu dari
jutaan Buruh Migran
tersebut,terhitung sejak Rayhan
berusia 3bulan dalam
kandungan.Namun
demikian,kepahitan kepahitan
rumahtangga yg mereka alami
tidaklah menyurutkan keduanya
untuk tetap hidup dalam satu
ikatan.

[ sambungan msh dlm
proses..harap
bersabar.hehe..mengisi waktu
malamku dgn belajar
menulis.Kritik
saran,dipersilakan ]

LEZATNYA SEBUAH JANJI #2
Oleh : Perempuan Di Keheningan

Bertiga merekapun berangkat
menuju Juanda.Disepanjang
perjalanan,Rayhan yang
tergolong bocah pintar itu
bersenandung riang.Ada saja
polahtingkahnya yg membuat
gemas.Sesekali Ia melemparkan
suatu tanya."Buk,kenapa sich
roda itu kok bulet?".."Buk,kalo
lampunya merah kenapa
berhenti?harusnya pas nyala
hijau saja ya mobilnya gak
boleh jalan!"..tentu saja dgn
lidah cedalnya yg justru
semakin membuat Intan dan
Anton kadang
terpingkalpingkal..Ah,barangkali
saja,naluri bocah itu yg terlalu
peka.Sedemikian bahagianya
menyambut kedatangan sang
Ayah.Hampir 2jam
perjalanan,mobilpun memasuki
area parkir Bandara.
"Jam berapa pesawatnya
mendarat,Ntan ?" tanya Anton
membuyarkan lamunan
Intan.Intan pun sontak gagap
dibuatnya.
"Eh..ehmm,anu..jam 11.10 Mas"
jawab Intan gugup.Ada
perasaan aneh yg menjalar
dibenaknya,namun segera Ia
tepis.Merekapun turun.Intan
menggendong Rayhan.Anton
berjalan
disampingnya.Memasuki
terminal 3.
"Sudah lewat dr setengah jam
lho,Ntan.Kok Iqbal blm nongol
juga.Coba kamu ke ruang
informasi,tanya ke
Petugas.Rayhan biar aku yg
gendong"cerocos Anton
membujuk adiknya itu.Ternyata
Anton jg menyimpan
kegelisahan yg sama.Hanya saja
keduanya saling menutupi.
"Mas,,tidak ada nama Mas Iqbal
di pesawat itu tadi.Bagaimana
ini ?"wajah Intan mulai
memucat.Beberapakali Ia
tampak menggigit bibir
menahan getir.Satu dua jam
berlalu,tetap tak menemukan
sosok suami yg Ia
tunggutunggu.
"Istirahat sebentar Ntan.minum
air dulu.Nich.."ujar Anton
sambil menyodorkan sebotol air
mineral kpd adiknya.Ia
mencoba menenangkan dgn
menepukbahu Intan.Sementara
keduamatanya masih menyisir
pintu keluar terminal
3.Resahnya tak kalah hebat dgn
kekhawatiran Intan yg terlukis
dr nanar mata Intan.meredup
pelan..serupa harapanharapan
yg sedari pagi td telah rapi
tertata.
"Dik,pertengahan Ramadhan
aku pulang.Agar nanti Lebaran
kita bisa menikmati waktu
bersama Rayhan.Aku juga
kangen sama anak kita."adalah
penggalan dr surat yg Iqbal
kirimkan sebulan yg
lalu.Bahkan sms2nya pun msh
disimpannya.Tapi kenapa jadi
begini?
janganjangan..ah,mungkinkah
Mas Iqbal pergi ketmpt
lain,atau ??".belum tuntas
angannya menanak
duga,seseorg tlh lbh dl
memangglnya dr arah
belakang.
"Mbak Intan ya ini ?"tanya
lelaki itu,mengulurkan tangan
untk berjabat lantas
menunjukkan foto Intan dan
Rayhan saling berdekapan.Foto
itu yg Ia krmkan pd suaminya
dulu."Mas Iqbal,dimana Mas?
bagaimana keadaannya?Anda
temannya bukan?"Intan
memberondong pertanyaan pd
laki2 yg kemudian diketahui
bernama Lukman tsb.
"Mbak,harap bersabar ya?Iqbal
dlm mslh besar.Dia kena razia
kelengkapan
dokumen,tertangkap.Ancaman
kurungan,denda dan
cambuk.Ratusan teman
menghadapi hal yg
sama.berdoa saja,pemerintah
bs membantu mereka."jelas
Lukman panjanglebar.
Tak ada kalimat yg keluar dr
bibir Intan.Ia duduk
terkulai,merangkul Rayhan dan
membenamkan kepala anak itu
didadanya.Tangisnya
pecah,meski tanpa suara.Inikah
janji yg akhirnya harus rela
teringkarkan.Anton memeluk
adik dan keponakannya
itu.Hatinya remuk !
Lebaran,suami tercinta msh blm
mendapatkan kepastian
hukuman.
Tak ingn berlamalama dlm
duka,Intan berdiri.Mengajak
kakaknya untk pergi.Satu hal yg
kini Ia minta dlm perjalanan
pulang ; semoga Rayhan tak
menanyakan,kenapa Pak pilot
lupa mengabsen
ayahnya,sehingga tetap berada
ditempat yg tak bisa
dijangkaunya.atau mgkn akan
berkata,apakah tdk ada lg
tempat duduk yg tersisa di
kabin hingga kepulangan
ayahnya terpaksa di
tunda.ya,semoga Rayhan tak
mempertanyakan,setidaknya
untk saat ini.
[ Tamat ]